Well, someone mention me on social media. Ada salah satu sahabatku yang besok wisuda. Banyak ucapan selamat disertai do’a mengalir untuk seremoni kelulusan dia. Seperti biasa, selain ucapan do’a, teriring pula ucapan: “Kami tunggu tasyakurannya.” Kalian biasa ga dengerin ucapan begitu?
Tentusaja ucapan selamat disertai dengan do’a itu mau disangkal atau enggak bikinkita terharu. Tak jarang pula beberapa tipikal orang bahkan bisa meneteskan airmata. Ucapan tulus sahabat-sahabatnya yang selalu hadir, walau hanya sekedarucapan dalam chat grup.
Tasyakuran…Kalau kita maknai sebagai konten religi, tentu sangat indah. Allah mencintaiorang-orang yang bersyukur. Bahkan Allah menjanjikan nikmat yang berlipat saatkita menjadi makhluk yang penuh syukur. Lain pula kalau kita memaknainya dengankonten yang lain. Konten kekinian misalnya. Hadirnya tasyakuran itu berartikita mengajak sahabat-sahabat kita, teman atau bahkan orang yang sekedar kenaluntuk bisa hadir dalam momen waktu kita. Entah cuma waktu yang singkat ataumenghabiskan beberapa jam. Ada kerelaan dari kita membagi sedikit rezeki kitademi suasana keakraban, ataupun kerelaan teman-teman yang kita undang untukmenyisihkan waktunya demi kita.
Di zaman yang serba dimudahkan dengan teknologi, tuntutan kehidupan dan egoisme kita, mengadakan tasyakuran atau sekedar menghadiri tasyakuran itu sesuatu yang sangat sulit. Ini bukan tentang materi. Merelakan materi yang kita cari dengan susah payah hanya untuk “foya-foya” dan “berhedon ria”. Ini semua tentang waktu. Bisakah kita menyediakan waktu untuk berkumpul dengan mereka. Atau bisakah mereka menyediakan waktu hanya untuk bisa berkumpul dengan kita. Sepele sebenarnya. Hanya waktu doang. Tapi sesepele itu?
Bicarawaktu tak pernah sesepele itu. Bahkan aku pernah memutuskan silaturahmi untukorang yang tak pernah bisa menghargai waktu kita.
Tasyakuranjuga ga harus mahal secara materi. Hal yang tersimpel misalnya, lagi musim buahmangga, kalau kau punya pohonnya dan lagi berbuah undang mereka, bikin lutisanbareng, atau kalau mangganya udah mateng, undang temen-temen, menikmatibersama. Itu kalau kita punya pohonnya. Bagaimana kalau enggak? Kalau enggak,saat musim buah mangga, udah pasti harganya murah. Belilah sekilo dua kilo,undang temen, makan bareng. Murah. Simpel. Dan lagi. Ini bukan tentangmangganya. Ini tentang waktu. Tentang kualitas kebersamaan yang dibangun hanyadengan mangga yang matang.
Beberapasahabat sering ngadain bebakaran bareng di rumah. Entah itu bakaran ayam, bakaranikan, atau bahkan ada yang sama sekali ga suka kambing sampe baunya pun dia gasuka, dia tetap ngadain bakaran di rumahnya. Ada ego yang dia korbankan demibisa berkumpul dan demi kebersamaan itu. Itu masih kategori murah.
Lagi.Di zaman yang serba….menggunakan alasan tuntutan hidup, banyak dari kita yangsampai ga punya waktu untuk bertemu dengan sahabatnya, temannya, rekannyabahkan keluarganya. Meluangkan waktu hanya untuk ber-haha-hihi baginya hanyamembuang-buang waktu. Membuang kesempatan untuk mengumpulkan sebongkah berlianhanya untuk berchit-chat yang unfaedah, kata mereka.
Sadarga? Silaturahmi memperpanjang keberkahan rezeki. Bagi sebagian orang, haha-hihiunfaedah itu ga banget. Tapi, bener kalimat silaturahmi memperpanjangkeberkahan rezeki. Dengan ngumpul dengan sahabat, setidaknya ada beban yangterlupakan, kebahagiaan hadir, meski cuma sesaat. Dan yang sesaat itu bisamerefresh otak sehingga bisa punya ide bagaimana mengatasi beban. Kadangberagam ilmu juga hadir dari sekedar chit-chat tadi. Kau bagi ataupun tidakbeban yang kau rasa, pasti akan berkurang dengan kita berkumpul dengankawan-kawan.
Janganlupa, tinggalkan gadget kita sesaat untuk menikmati momen. Ambil gadget untukberwefie ria ga masalah. Asal jangan lewatkan momen kebersamaanmu denganmemiringkan hp mu untuk bermain mobile legend.
Ingat!Waktu adalah hal terindah yang orang lain berikan untukmu. Karena baginya,waktu tak akan bisa terulang lagi. Dan, kebersamaan adalah kunci.
Ohiya, di kota-kota besar, orang-orang sampai kadang perlu mempersiapkan waktujauh-jauh hari hanya untuk meluangkan waktu bikin acara bakaran, dan yangdiundangpun perlu mempersiapkan waktu, tenaga dan fisiknya hanya untuk bisamenghadiri acara bakar-bakaran itu. Se-bahagia apa mereka ketika bisa ikutbakaran? Bisa kau liat betapa mereka bisa haha-hihi lewat story media sosialmereka. Meski, kadang apa yang mereka bagi itu tak dapat mewakili semua yangmereka rasakan. Tapi, melihat tawa, canda dan saling mention di story sosialmedia mereka itu bisa berefek pada pemikiran: “Hamdallah, mereka bahagia”
Mahal memang, tapi seru kan?
0 Komentar