UNPLANNED LIFE


Well, baliklagi dengan cerita kehidupan yang tak semestinya. Tak seharusnya orang-orangmelalui cerita yang begini. Pernah ga kalian ditanya begini: “apa rencanamuselanjutnya?” Berapa menit kau berfikir ketika ada seseorang yang menanyakanhal demikian?

Aku,berkali-kali mendapat pertanyaan yang demikian. Dan aku ga pernah menemukanjawaban yang telah aku persiapkan sebelumnya. Semua serba mendadak kalo ditanyahal itu. Cuma apa yang terlintas di pikiran saat itu aja yang aku jawab.

Mungkin,seharusnya ga seperti itu ketika ada yang mempertanyakan rencanamu. Kau harusmemikirkan matang-matang sebelum bertindak sesuatu. Kau harus menyiapkanrencana yang matang ketika kau melontarkan sesuatu. Tentang “what next” itu seharusnya ga Cumasekedar apa yang terlintas saat itu doang.

My life, always unplanned. Teringat.Mungkin bisa aku mulai dari jaman masuk STM. Aku punya impian keren pengen jadipengacara. Impian itu muncul sejak kelas 5 SD. Saat itu setiap anak disuruhbikin artikel tentang cita-cita kita dan dipresentasikan di depan kelas. Akudengan bangganya bilang ingin melindungi semua orang tertindas, aku inginmemberi perlindungan bagi orang-orang yang tak mendapat keadilan. Impian itusirna, saat menjelang kelulusan ibuku bilang: “Kau ga usah lanjut sekolah yah,sampe SMP aja, ibu ga ada biaya”. Saat itu yang aku lakukan cuma bisa diam. Gangerti kudu ngapain. Beruntung saat kelulusan SMP aku mendapat peringkat 1umum. Nilai kelulusan tertinggi di angkatanku saat itu. Jadi ada orang tuatemanku yang bilang ke ibu: “ini anak kudu sekolah tinggi, sayang banget kalauhanya sampe SMP”. Jadi saat itu ibuku mengusahakan sebisa mungkin untuk bisasekolah lagi.

My unplanned life dimulaisaat ini. Aku yang bercita-cita menjadi seorang pengacara mau ga mau harusmenempuh pendidikan STM. Otomotif. Ini ada campur tangan pamanku. Saran pamankuagar aku melanjutkan di STM diaminkan ibuku. Aku ga punya pilihan. Ketimbang gasekolah lagi.

Daftar STM akuberangkat seorang diri. Ke Cilacap kota. Tempat terjauh yang saat itu akujelajahi. STM Negeri. Saat naik bis ke kernet aku bilang mau ke STM Negeri,orang-orang di dalam bis taunya STM Budi Utomo. Mungkin karena nama jalan yangmenuju STM Negeri itu jalan Budi Utomo kali yah. Saat dikasih formulirpendaftaran, aku ga tau mesti ngisi jurusan apa yang aku ambil. Sama sekali gaada gambaran. Beruntung aku ketemu temen SMP yang kebetulan juga daftar disana.Dia ambil jurusan Otomotif. Aku yang ga tau mau ambil jurusan apa, akuikut-ikut aja.

Mendekati kelulusanSTM, semua temen pada sibuk daftar kerja di perusahaan-perusahaan yang bukalowongan melalui BKK sekolah. Banyak temen yang udah pada ikutan testsana-sini. Sementara aku masih diam tak bergerak. Sekalinya ikut test Holcim,Gagal. Lanjut. Berhubung semua temen-temen deketku daftar di Astra DaihatsuMotor saat itu, akupun ikut-ikutan. Aku lolos, temen-temenku banyak yang gagal.Cuma berdua doang dari kelasku.

Menjelangpengangkatan karyawan, temen-temen satu jalur pada habis kontrak. Ga diperpanjang.Aku? Direkomendasikan foremanku untukdiangkat karyawan tetap. Tapi sebelumnya semua mendorongku untuk lanjut kuliahaja. Katanya: “Kamu boleh jadi kecil Do, tapi jangan pernah jadi orang kecil.Lihat B.J Habibie. Mungkin badan beliau lebih kecil dari badanmu, tapi semuaorang hormat pada beliau!”

Akupun bilangke manajer produksi saat itu: “Aku pengen kuliah pak, jadi ga pengen diangkatjadi karyawan tetap”. Kata beliau: “Temen-temenmu disini saling sikut untukjadi karyawan. Kamu yang direkomendasikan atasan-atasanmu malah pengen mundur.Emang mau ambil kuliah apa? Apa alasanmu ambil kuliah itu?” Jawabku saat ituaku mau ambil kuliah manajemen. Ingin belajar memanaj diri. Jawaban itu entahdari mana datangnya. Ga aku persiapin sebelumnya. Karena emang aku ga tautujuanku kuliah untuk apa. Aku Cuma pengen kuliah aja. Kuliah dimanapun aku gatau. Ga ada referensi sama sekali dengan nama-nama kampus, kualitas kampus,bagaimana perkuliahan. Saat itu yang aku tau aku cuma pengen kuliah diPurwokerto, dengan alasan karena sahabat-sahabatku kuliah disana.

Luluskuliahpun aku ga ada rencana apapun. Yang lain pada daftar di bank, aku gatertarik. Pernah ikut-ikutan daftar di perbankan. Itupun udah test sama diBandung. Ikut PPS BRI saat itu. Lolos? Enggak. Karena aku juga ga mempersiapkanapapun sebelumnya.

Terakhir.Tanggal 10 Juli 2019 ini aku resign daritempat kerjaku. Resign? Iya. Itupikiran awal. Ternyata aku ga resign. Tanggalitu emang aku habis kontrak. Dan tim manajemen sudah menyiapkan perpanjang kontrak.Tapi aku menolak. Aku putuskan untuk ga memperpanjang kontrak. Semua kaget saatitu dengan keputusanku. Hanya beberapa rekan kerja aja yang ga kaget karenaemang sebelumnya udah aku kasih tau.

Pertanyaan:“Apa gambaranmu ke depan?” itu muncul lagi. Dan lagi-lagi aku ga tau harusmenjawab apa. Aku belum mempersiapkan rencana yang matang kedepannya. Memanguntuk proses resign ini bukantiba-tiba begitu aja. Aku mempersiapkannya udah dari satu setengah tahun lebih.Banyak pertimbangan sebelum memutuskan untuk ga memperpanjang kontrak. Dansebelum keputusan itu, aku banyak diskusi dengan teman-temanku. “Resign itu bukan berarti aku gabersyukur dengan nikmat Allah, kan?” “Andai aku udah ga kerja disana, apa kitamasih bisa berteman?” dan berbagai pertimbangan lain. Pertama, aku takut kalo resign itu tanda aku ga bersyukur. Saataku ga bersyukur, aku takut Allah cabut nikmat-nikmat-Nya yang Dia berikan keaku. Kedua, aku takut saat aku ga kerja disana lagi semua akan menjauhiku.Silaturahim terputus. Tapi mereka menyadarkanku kalo hubungan pertemanankudengan mereka memang dimulai dari proses mitra kerja, namun, yang kita lakukanlebih dari mitra kerja. Kita udah jadi saudara di luar pekerjaan.

Aku bersyukurdengan itu semua. Dan setelah aku liat-liat, pertemananku juga lebih banyakbukan karena pekerjaan. Hubungan pertemanan yang dimulai dari pekerjaankayaknya cuma sedikit. Selebihnya emang hubungan pertemanan yang aku jalinlebih banyak karena temu komunitas.

Berbicara unplanned life, memang seharusnya rencanamatang itu diutamakan. Bahkan, dalam ilmu manajemen yang aku ambil, planning itu jadi poin pertama sebelummelangkah yang lain. Planning,Organizing, Acting, Controlling, Evaluating. Atau saat kerja di Astra dulu,budaya Plan, Do, Check, Action itu wajib.Jadi segala sesuatu musti diplanning denganbaik. Terus kenapa aku yang udah banyak ambil kuliah manajemen, perencanaan,dan banyak praktek-praktek perencanaan ga pernah matang dalam merencanakanhidup? Entahlah.

Yang aku tau,aku hanya berusaha mensyukuri setiap apa yang Allah kehendaki buat aku. Saatberagam kenikmatan yang Allah kasih, Aku harap aku selalu bisa bersyukur. Saatmusibah yang Allah timpakan, semoga Allah selalu kasih kesabaran dalam diriku.Aku bahagia selalu menikmati kejutan-kejutan yang Allah kasih. Hidupku emang gapernah terplanning. Hanya saja, akupunya tujuan yang jelas. Aku punya pegangan hidup yang pasti. Jalani denganikhlas, lalui dengan bahagia, tebar manfaat di sekeliling kita. Kalo anak-anakpecinta alam bilang: “Take nothing butpicture, leave nothing but footprint and kill nothing but ego.” Kalo kitaterapin ke kehidupan kita: “Take nothingbut ilmu, leave nothing but manfaat,kill nothing but kesia-siaan”.

Eh tapi unplanned life itu ga sejalan deh dengan “kill nothing but kesia-siaan.”Eh gimana?

Writer : Widodo S.p

Posting Komentar

0 Komentar